1. Membedakan
translasi dan konversi antar mata uang asing
Translasi
mata uang asing adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya
adalah, Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah
necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya
pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
Saldo-saldo
dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic
berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang
yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang Negara dagang utama dibeli
dan dijual dalam pasar global. Dengan dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi
yang canggih, para pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata uang lainnya,
kalangan usaha, para individu, dan pedagang professional.
Transaksi
mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang yang
dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam
waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk
perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku bunga nasional dan
ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang. Transaksi pada pasar
forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan
jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan.
Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs
spot.
Transaksi
swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau
pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering
memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga
yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan yang sama melindungi
diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta
asing.
2. Menjelaskan
istilah – istilah dalam translasi mata uang asing
a. Konversi,
merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
b. Kurs
kini, merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang
relevan.
c. Posisi
aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs
kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
d. Kontrak
pertukaran forward, merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata
uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward)
pada tanggal tertentu di masa depan.
e. Mata
uang fungsional, merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan
dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang
Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
f. Kurs
histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu
aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
g. Mata
uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan.
h. Kurs
spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
i.
Penyesuaian translasi, merupakan
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang
fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar
istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
a. Atribut,
karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu
aktiva.
b. Konversi,
pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
c. Kurs
kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
d. Diskonto,
ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang
berlaku sekarang.
e. Posisi
aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
f. Mata
uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara,
mata uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
g. Laporan
keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan mata uang
asing sebagai unit pengukuran.
h. Transaksi
mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa,
atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan
dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
i.
Translasi mata uang asing, proses untuk
menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang
ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua
mata uang tersebut.
j.
Operasi luar negri, suatu operasi yang
menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan
atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan
perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan perusahaan pelapor.
k. Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari
Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada
tanggal tertentu di masa depan.
l.
Mata uang fungsional, mata uang utama
yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan
dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
m. Kurs
histories, kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu
aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
n. Mata
uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan
yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
o. Pos-pos
moneter, kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata
uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
p. Mata
uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan.
q. Tanggal
penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
r.
Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran
mata uang dalam waktu segera.
s. Tanggal
transaksi, tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi
perusahaan pelapor.
t.
Penyesuaian translasi, penyesuaian yang
timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu
perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
u. Unit
pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban,
pendapatan dan beban.
3. Menjelaskan
perbedaan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
Jika
sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandang perusahaan local),
masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan
hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi
tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut
pandang mata uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika
mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan
yang ditranslasikan ( sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk
mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut
pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan
dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan
kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestic dan
harus diakui.
PSAK
No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi harus
dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan.
Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode
akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut.
Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa
periode transaksi, maka selisih kurs harus diakui setiap periode dengan
memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Secara
internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga
berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas
penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan.
a. Penangguhan
Dikeluarkannya
penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena
penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai
ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri
tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local
yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan
jika penyesuaian seperti itu ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini,
penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi.
Penagguhan keuntungan
atau kerugian translasi menutupi perilaku perubahan kuras nilai tukar, yaitu
perubahan kurs merupakan fakta historis dan para pengguna laporan keuangan
terlayani dengan baik jika pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan
pada periode saat terjadinya. Sesuai dengan FAS No. 8 (pas.199), “kurs nilai
tukar berfluktuasi: akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai
tukar tetap stabil.”
b. Penangguhan
dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan
atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa
manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan
ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan
terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan
dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban
bunga.
c. Penagguhan
Parsial
Keuntungan atau
kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah
terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan. Pengangguhan
translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetapi mengabaikan
terjadinya perubahan kurs. Pendekatan ini juga tidak memiliki kriteria eksplisit
untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasikan. Pada masa
lalu dan mengagguhkan selisihnya. Keuntungan dan kerugian translasi akan terhapuskan
dalam jangka panjang.
d. Tidak
Ditangguhkan
Untuk mengakui
keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin.
Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan
cenderung menyesatkan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba
tahun berjalan akan menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila
terjadi perubahan kurs nilai tukar. Akan mneyesatkan para pembaca laporan
keuangan, karena penyesuaian ini tidak selalu memberikan informasi yang sesuai
dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus
kas sebuah perusahaan.
4. Menjelaskan
hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan
kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang
berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai
ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah daripada dasar
pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh
lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil
translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan
informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya
merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh
inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di
suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan
masa depan.
FASB
menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut
tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan
dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan
penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang
berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan
nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva
tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian
translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang
saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan.
Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi
untuk inflasi asing.
5. Menjelaskan
mengenai biaya historis
Menurut
Kamus Bisnis biaya historis (historical cost) adalah biaya yang dicatat.
Kadang – kadang disebut sebagai biaya aktual (actual cost), tetapi
istilah itu menyesatkan karena biaya dicatat tergantung pada alternatif
akuntansi yang dipilih. Sebagai contoh, alternatif akuntansi untuk
penyusutan termasuk metode garis lurus dan metode dipercepat. Setiap biaya
yang dicatat seperti biaya tenaga kerja, biaya bahan, penyusutan, dll adalah
biaya historis.
Biaya
historis juga bisa di artikan sebagai biaya yang dikeluarkan perusahaan
pada waktu membeli faktor produksi (input). Kalau input itu disimpan dan baru
di kemudian hari digunakan dalam proses produksi, maka biaya historis adalah
sama dengan pada waktu faktor produksi itu dibeli. Hal itu berbeda dengan biaya
kesempatan dimana biaya kesempatan diperhitungkan pada waktu input digunakan
dalam proses produksi.
Disisi
lain ada juga yang mengartikan biaya historis sebagai suatu ukuran
berharga yang digunakan akuntansi di mana harga suatu asset pada atas sisanya
didasarkan pada biaya yang asli atau nominalnya ketika diperoleh oleh suatu
perusahaan. Metoda biaya historis digunakan untuk asset dibawah prinsip
akuntansi berlaku umum (GAAP). Sepanjang sejarah keuangan Amerika Serikat, penetapan
biaya dasar historis telah menjadi orthodoksi dalam laporan keuangan yang
diterbitkan. Tapi periode inflasi parah di negara
ini serta di banyak negara lain
dari dunia industri dan ketiganya telah
menyebabkan Negara tersebut melakukan pencarian luas untuk
alternatif yang baik untuk menggantikan biaya historis atau
melayani sebagai suplemen untuk itu.
Dalam periode harga naik, atribut
diukur dengan metode biaya historis, umumnya memiliki relevansi
terbatas dengan realitas ekonomi. Pengecualian utama untuk
ini adalah beberapa account baik piutang atau terutang di kas
selama jangka pendek, seperti rekening
piutang dan hutang, serta uang tunai itu sendiri.
Sifat
yang baik penetapan biaya dasar historis yang dikira adalah bahwa
sistem penilaiannya adalah kedua – duanya lebih secara obyektif dapat
ditentukan dan lebih baik memahami dibanding dengan bersaing sistem penilaian.
Bagaimanapun, isu obyektifitas tidak sama sekali untuk dibenarkan. Bahkan dalam
contoh sederhana, sum–of–the–years–digits atau fixed–percentage–of–declining–balance
depreciation (antar metode lainnya) mungkin telah terpilih untuk
menciptakan suatu neraca berbeda. Pengenalan tentang metoda penilaian baru yang
sungguh – sungguh memerlukan membiasakan diri para pemakai dengan mereka
mendasari asumsi dan pembatasan.
Penetapan
biaya dasar historis telah pula dipertahankan sama sebagai yang lebih
cocok, seperti bermakna untuk membagi – bagikan pendapatan diantara
penyedia modal, para petugas dan karyawan dan para agen perpajakan sebab
tidaklah didasarkan pada figur biaya kesempatan hipotetis. Karenanya, anggapan
adalah bahwa akan ada lebih sedikit konflik antar bersaing kelompok diatas
distribusi pendapatan. Bagaimanapun, argumentasi ini tidak sama sekali dapat
memutuskan. Seperti penyusutan, metode yang dipilih untuk pendapatan pengukuran
dapat dengan mudah diperdebatkan. Selanjutnya,
kesempatan penilaian biaya dapat hipotetis dalam satu
pengertian tetapi mereka pasti jauh
lebih menunjukkan valuasi ekonomi daripada biaya historis.
Kelemahan
biaya historis (historical cost) menurut Muljono yang dikutip dari Kodrat
(http://www.petra.ac.id/~puslit/journals) antara lain:
1. Adanya
pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu
pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang
yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan
terjadinya biaya tersebut,
2. Nilai
aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu
juga terjadi perubahan – perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan
pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan
dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,
3. Alokasi
biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
4. Laba/rugi
yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila
diukur dengan perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung,
5. Perusahaan
tidak akan memperahankan real–capital–nya dan ada kecenderungan terjadinya
kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan
pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya,
6. Menyalahi mathematical
principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi
satu, dan
7. Di
samping hal – hal di atas akan timbul kesulitan – kesulitan
bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang
disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.
Kelebihan
Biaya Historis (Historical cost):
1.
Historical cost relevan dalam
membuat keputusan ekonomi.
2.
Historical cost berdasarkan pada
transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
3.
Selama sejarah, laporan keuangan yang
menggunakan historical cost sangat berguna.
4.
Pengertian terbaik mengenai konsep
keuntungan adalah kelebihan dari harga jual dari historical cost.
5.
Akuntan harus menjaga integritas datanya
dari modifikasi internal.
6.
Seberapa bergunanya laporan keuangan
tergantung dari current cost atauexit price.
7.
Perubahan dalam harga pasar dapat
diungkapkan sebagai data tambahan.Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan
penolakanhistorical cost accounting.
6. Menjelaskan
mengenai inflasi dan laporan keuangan
A.
Inflasi
Inflasi
merupakan suatu kondisi yang biasa dialami oleh suatu negara atau oleh suatu
daerah, namun inflasi tersebut cenderung inflasi yang tergolong sebagai inflasi
ringan. Ya, inflasi ringan, karena pada kenyataannya inflasi tidak hanya ada
satu jenis saja, melainkan ada beberapa jenis, salah satunya adalah inflasi
yang tergolong rendah tersebut. Dalam artikel saya kali ini, saya akan mencoba
untuk menjelaskan beberapa hal tentang inflasi seperti pengertian, jenis,
penyebab, dan cara mengatasi inflasi, yang mungkin dapat dijadikan referensi
belajar atau untuk hal-hal lainnya, dan yang terpenting adalah semoga artikel
ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan untuk saya sendiri tentunya.
Pengertian
Inflasi, ada tiga faktor yang membentuk suatu definisi atau pengertian inflasi,
faktor tersebut meliputi kenaikan harga, berlaku secara umum, dan terjadi
(berlangsung) secara terus-menerus.
1) Faktor kenaikan harga,
maksud dari kenaikan harga adalah bahwa harga saat ini lebih mahal dari harga
sebelum saat ini.
2) Faktor berlaku secara umum,
bisa dikatakan bahwa maksud dari faktor ini adalah kenaikan harga tertentu yang
diikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya (harga-harga lain terpengaruh dengan
kenaikan harga tertentu), misalkan jika harga BBM naik, maka kenaikan harga
tersebut akan diikuti oleh naiknya harga lainnya.
3) Faktor
terjadi secara terus-menerus, yang dimaksud dengan faktor ini adalah bahwa
kenaikan harga tersebut terjadi atau berlangsung secara terus-menerus (tidak
terjadi sesaat).
Dari penjelasan faktor-faktor yang membentuk
definisi atau pengertian inflasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan definisi atau pengertian unflasi adalah suatu kondisi kenaikan
harga yang berlaku secara umum dan terjadi (berlangsung) secara terus-menerus.
Jenis - jenis Inflasi
Seperti yang telah saya sebutkan diatas
bahwa inflasi tidak hanya ada satu jenis, melainkan ada beberapa jenis. Dibawah
ini adalah jenis-jenis
inflasi berdasarkan tingkat keparahannya.
1) Inflasi
ringan, inflasi dengan tingkat keparahan dibawah 10% dalam satu tahun
2) Inflasi
sedang, inflasi dengan tingkat keparahan diantara 10%-30% dalam satu tahun
3) Inflasi
berat, inflasi dengan tingkat keparahan diantara 30%-100% dalam satu tahun
4) Hiper
inflasi, inflasi dengan tingkat keparahan diatas 100% dalam satu tahun, inflasi
ini merupakan inflasi yang sangat parah
Penyebab Inflasi
a.
Menaiknya Permintaan
Salah
satu penyebab inflasi adalah adanya kenaikan permintaan, sedangkan penawaran
(produk yang dapat dihasilkan atau produk yang tersedia dipasaran) tidak bisa
mencukupi atau memenuhi permintaan tersebut, maka terjadilah kenaikan harga,
yang ujung-ujungnya dapat menyebabkan inflasi (jika barang tersebut merupakan
barang yang sangat berpengaruh, seperti BBM).
b.
Menaiknya biaya produksi
Ketika harga
biaya produksi suatu produk mengalami kenaikan, maka harga produk yang
dihasilkan tersebut juga akan naik.
Selain dua faktor penyebab inflasi
diatas, masih ada lagi beberapa faktor penyebab inflasi lainnya, mungkin yang
saya sebutkan diatas bisa dijadikan gambaran bagaimana inflasi dapat terjadi.
Cara
Mengatasi Inflasi
Semua permasalahan saya yakin pasti ada
jalan keluarnya, begitu juga dengan inflasi. Ada beberapa cara mengatasi
inflasi yang terjadi, cara tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan non-moneter. Cara mengatasi inflasi dengan
menggunakan kebijakan moneter, ada beberapa cara yang dapat dilakukan dengan
kebijakan ini, contohnya adalah dengan politik diskonto, cara politik
diskonto ini dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga bank, dengan
harapan agar masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uang yang dimilikinya
dibank, jika cara tersebut sukses, maka jumlah uang yang beredar akan
berkurang. Contoh lain dari kebijakan moneter adalah dengan politik
sanering, sanering merupakan istilah untuk pemotongan nilai uang,
bukan pemotongan jumlah angka uang (redenominasi).
Cara mengatasi inflasi dengan
menggunakan kebijakan fiskal, ada beberapa cara juga yang dapat dilakukan
dengan kebijakan ini, salah satu contohnya adalah dengan pajak, dengan tarif
pajak dinaikkan diharapkan uang yang beredar akan berkurang, uang yang beredar
berkurang karena jumlah pajak yang disetorkan oleh masyarakat lebih besar
(banyak) daripada sebelum tarif pajak naik.
Cara mengatasi inflasi dengan kebijakan
non-moneter, contoh dari cara mengatasi inflasi dengan kebijakan ini adalah dengan
meningkatkan produksi, pemerintah membantu dan mendorong para pengusaha untuk
menaikkan atau meningkatkan produksinya, diharapkan dengan meningkatnya
produksi akan menghasilkan output yang lebih banyak, dengan output yang beredar
dipasaran lebih banyak maka harga diharapkan akan turun sehingga inflasi dapat
diatasi.
B. Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi:
ü Neraca
ü Laporan laba
rugi
ü Laporan perubahan
ekuitas
ü Laporan
perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus
kas atau laporan arus dana
ü Catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung
dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,
dan ekuitas.
Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba
rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi
keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba
rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Perbedaan
Pelaporan dan Laporan Keuangan
Haruslah dibedakan antara
pengertian Pelaporan keuangan (bahasa Inggris: financial
reporting) dan laporan keuangan (bahasa
Inggris: financial reports). Pelaporan Keuangan meliputi
segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi
keuangan. Aspek– aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat
(misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor),
peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau Generally
Accepted Accounting Principles / GAAP). Laporan keuangan hanyalah salah
satu medium dalam penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan pula
antara statemen (bahasa
Inggris: statement) dan laporan (bahasa
Inggris: report)
Pemakai Laporan Keuangan, antara lain:
v Investor
v Karyawan
v Pemberi Pinjaman
v Pemasok dan Kreditor usaha
lainnya
v Pelanggan
v Pemerintah
v Masyarakat
Tujuan
Laporan Keuangan
Menurut Standar
Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk
tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa
yang telah dilakukan manajemen (bahasa
Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang
telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Karakteristik
Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri
khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
a. Dapat
Dipahami
Informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami peserta dan bentuk serta
istilahnya disesuaikan dengan batas para pengguna;
b. Relevan
Laporan keuangan
dianggap jika informasi yang disajikan didalamnya dapat mempengaruhi keputusan
pengguna;
c. Keandalan
Informasi dalam laporan
keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material;
d. Dapat
diperbandingkan
Informasi yang
disajikan akan lebih berguna bila dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
pada periode sebelumnya.
7.
Menjelaskan
mengenai model – model akuntansi
Variabel-variabel yang membentuk
perkembangan sebuah Negara dalam hal akuntansi, model akuntansi keuangan
tertentu yang berkembang karena minat, sejarah atau pilihan, proses menetapkan
standar akuntansi keuangan nasional itu sendiri dan konservatisme yaitu hal-hal
yang menyebabkan perbedaan tersebut dan ditambah dengan mengenai dimensi
internasional dari proses akuntansi pada tiap negara yang sudah tentu berbeda.
Perbedaan itu meliputi : praktik bisnis, struktur politik, sistem hukum, nilai
mata uang, tingkat inflasi lokal, perbedaan budaya, resiko bisnis, tingkat
inflasi lokal dan serta aturan perundang-undangan mempengaruhi bagaimana perusahaan
multinasional melakukan kegiatan operasionalnya dan membuat laporan keuangannya
serta kemudian mengumumkannya ke masyarakat luas.
Sumber: