Sabtu, 12 Maret 2011

Perdagangan ETF (Exchange Traded Fund)

Nilai Transaksi ETF Februari Turun Tajam.
          Belum banyak instrumen investasi derivatif yang digemari investor di Indonesia. Tengok saja nasib Exchange Traded Fund (ETF). Minat Investor terhadap produk investasi ini semakin menurun. Hal ini terlihat dari statistik pasar modal yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).Menurut data Bapepam-LK, selama Februari hingga pekan ketiga, volume transaksi ETF di bursa hanya 8.000 unit. Nilainya pun cuma Rp. 4,86 juta. Bandingkan dengan transaksi selama Januari lalu yang mencapai 130.500 unit dengan nilai transaksi mencapai 82,50 juta. Artinya, nilai transaksi ETF di bursa turun sekitar 94,11%. Transaksi ETF di Desember 2010 lalu bahkan lebih dahsyat. Statistik pasar modal menyebutkan, nilai transaksi ETF di bulan terakhir 2010 tersebut mencapai Rp. 1,22 miliar dengan volume transaksi hampir 2 juta unit.
         Analis Infovesta Utama Rudiyanto menduga, penyebab penurunan transaksi instrumen ini adalah minat investor yang menipis. "Nilai transaksi dan unit penyertaan yang menurun menunjukkan instrumen ini dimiliki sedikit investor. Bisa juga karena investor sudah mencairkan,"kata Rudiyanto". Infovesta mencatat, produk ETF bikinan IndoPremier ETF LQ45, mencatat penurunan dana kelolaan dari Rp. 26,48 miliar di Desember menjadi Rp. 23,92 miliar di Januari. Penurunan ini lebih karena indeks saham anjlok sepanjang Januari. Jumlah unit penyertaan ETF ini sendiri tetap di kisaran 40 juta unit.
         Sementara reksadana ABF IBI Fund yang diliris Bahana Securities mengalami penurunan junlah unit penyertaan. Di januari, unit penyertaan ETF ini turun jadi 18,86 juta unit dari sebelumnya 19,12 juta unit. Menurut analisis Rudiyanto, ada dua hal yang menyebabkan penurunan minat nasabah terhadap produk ini. Pertama, imbal hasil ETF tidak terlalu besar ketimbang berinvestasi di reksadana konvensional. Infovesta mencatat imbal hasil ABF IBI Fund dari 30 Desember 2010 sampai 25 Februari 2011 turun 3,57%. Sedang imbal hasil Premier ETF LQ45 pada periode yang sama turun 8,29%. Kedua, minat investor terhadap produk ini kecil lantaran produk ini memang belum terlalu dikenal masyarakat,"sosialisasi manajer investasi untuk produk ini sangat kurang," kata Rudiyanto.







Sumber :
KONTAN (harian Bisnis dan Investasi) , edisi selasa 1 Maret 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar