Orang
bilang, masa remaja adalah masa yang paling indah dalam hidup seseorang. Masa
ini sering di identikkan dengan kesenangan, keceriaan, canda dan tawa bahagia.
Pada masa ini pula, ketertarikan pada lawan jenis terkadang cukup sakti untuk
membuat sang remaja menujukkan semua kebolehannya, “Akulah yang paling pantas
mendapatkan perhatian.”
Ibarat
bunga, masa remaja merupakan masa yang manis dan harum baunya. Oleh karena itu,
jangan biarkan semut nafsu merusak dan menodai keasliannya, tapi biarlah
lebah-lebah cinta datang menyapa. Dan hanya lebah pilihan saja yang dapat
mengisap sang bunga untuk menghasilkan madu asmara kasih-Nya. Madu yang menjadi
penawar hati: resah, gelisah, waswas, khawatir, takut dan gundah gulana. Madu
yang membuat semua permasalahan menjadi tenang, tenteram, damai dan harmonis.
Cinta,
tatanan kata yang manis nan indah dirasa, dihayati dan diucapkan. Bagi jiwa
suci yang dipandu oleh kebeningan dan kebersihan hati, kata cinta akan
senantiasa bermakna positif.
Remaja
dan cinta adalah tatanan kata yang memuat potensi luar biasa. Jika tepat
memaknainya, hidup akan penuh makna. Sebaliknya, jika salah menafsirkan cinta,
bisa jadi hidup akan semakin sempit. Oleh karenanya, maknai ia seperti yang
digariskan oleh Allah dan Rasul-nya. Semoga anugerah cinta-Nya membawa berkah
dan kebahagiaan di dunia akhirat. Amin
Dengan
CINTA hidup menjadi indah, penuh makna dan penuh arti. Yang tadinya tidak
berarti menjadi penuh arti dan yang tadinya biasa-biasa saja menjadi sesuatu
yang luar biasa. Berani, tangguh, bahagia, tenang dan riang. Barakah...
Cinta
dapat membangun peradaban, menggugah inspirasi dan mencerdaskan otak. Cinta
akan bernilai agung manakala bersandar kepada sang pencipta cinta, Allah swt.
Dan cinta bisa menyebabkan derita jika berpaling dari-Nya. Karenanya, mari
mencintai karena Allah.
Banyak
manusia yang berjuang demi cinta, tapi salah jalan. Menghalalkan segala cara
untuk meraih bahagia sehingga cinta membuatnya menderita. Duka dan lara, derai
dan badai serta sesal dan airmata.
Ada
yang mengaku mencintai bunga, lalu bunga itu dipetik dan disimpan di atas meja
di samping tempat tidurnya. Disemprot parfum dan disandingkan dengan fotonya.
Harum, cantik dan menarik. Sebuah panorama yang sedap dipandang mata. Sesekali
bunga itu diambil dan diciumnya. Cinta..!!!
Benarkah
itu Cinta??
“Tunggu..!!!
Itu bukan cinta. Sebenarnya ia hanya mencintai diri sendiri dan bunga menjadi
korban.”
Demikian!!
Yang benar adalah ketika mencintai bunga, berarti merawat, mengurus dan
memperlakukan bunga sebagaimana mestinya. Sesuai fitrahnya: dirawat di taman
atau di pot bunga.
Ya,
cinta harus diarahkan ke sana, ke fitrah kesucian diri. Ke arah kesalehan dan
bersihnya hati. Ke arah cinta yang hakiki, cinta sejati dan cinta teragung
kepada Allah Swt.
Sumber:
novel “agar jatuh cinta tak jadi bencana” by.Jauhar al-Zanki
wah, benar juga nih. kayaknya buku karya Jauhar al-Zanky ini recommended dibaca saat liburan
BalasHapus